Laporan praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum- BPFR

Lapaoran praktikum bahan pakan formulasi ransum, disusun oleh Floravia Apieni, laporan parktikum analisis proksimat, penetapan kadar air, penetapan kadar abu, penentuan kadar serat kasar, penetapan kadar protein kasar, penetapan kadar lemak kasar, penatapan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), kesimpulan, daftar pustaka, lampiran.

LAPORAN PRAKTIKUM
BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM
Disusun oleh :
Floravia Apieni
09/285394/PT/05721
Kelompok XVI

Asisten : Andi Supriyanto

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK
BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011


PENDAHULUAN
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan oleh ternak tanpa membahayakan kesehatan ternak. Secara umum dapat dikatakan bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan (edible). Rumput, hijauan kering, bekatul dan produk lain adalah bahan pakan ternak, tetapi tidak semua komponen dalam bahan pakan ternak tersebut dapat dicerna oleh hewan.bahan pakan mengandung zat makanan, jadi bahan pakan adalah istilah umum, sedangkan komponen dalam bahan makanan tersebut yang dapat digunakan oleh hewan disebut zat makanan (Kamal, 1994). 
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pakan yang dapat dimakan (edible) yaitu hijauan rumput, hijauan kering (hay), bekatul dan produk lain adalah bahan makanan ternak. Tetapi tidak semua komponen dalam bahan pakan ternak tersebut dapat dicerna oleh hewan. Bahan pakan mengandung zat makanan, jadi bahan pakan adalah istilah umum. Sedangkan komponen dalam bahan pakan tersebut yang dapat digunakan oleh hewan disebut zat makanan (Tillman et al., 1998).
Semua makanan mengandung air dan bahan keringnya terdiri dari bahan yang bukan organik atau mineral dan bahan organik. Bahan organik meliputi 3 kelompok bahan utama yaitu susunan yang mengandung nitrogen, karbohidrat dan lemak atau minyak, bersama sampai sama dengan sedikit tetapi secara kualitatif penting dari kelompok makanan tambahan organik yang dikenal dengan vitamin sampai vitamin (Williamson and Payne, 1993).
Tujuan dilaksanakan praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum adalah untuk menentukan kadar bahan kering, kadar air, kadar abu, kadar serat kasar, kadar protein kasar, kadar lemak kasar dan kadar ekstrak tanpa nitrogen sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang analisa proksimat, memberikan pengetahuan penggunaan peralatan laboratorium dan cara kerjanya


ANALISIS PROKSIMAT
DAUN Desmodium rensonii

Hasil Dan Pembahasan
Pengamatan Fisik
Pengamatan fisik adalah suatu langkah untuk mengetahui cuplikan sampel apa yang digunakan dalam analisis proksimat. Dari uji fisik yang kelompok kami lakukan, didapatkan hasil seperti tabel 1. di bawah ini :

Tabel 1. Tabel pengamatan fisik bahan pakan
Parameter
Pengamatan
Tekstur
Warna
Bau
Rasa (apabila perlu)
Halus
Hijau
Rumput kering
Hambar,ledar dilidah
 Hasil pengamatan pada saat praktikum dapat diketahui bahwa bahan pakan yang digunakan merupakan tanaman legum. Berdasarkan ciri-ciri yang diamati, bahan pakan tersebut adalah daun Desmodium rensonii.
Daun Desmodium rensonii atau daun duduk merupakan bangsa leguminosae dapat ditemukan dari dataran rendah  sampai  1.500 m dpl. Tumbuh liar di tempat terbuka dengan cahaya matahari yang cukup atau sedikit naungan, serta tidak begitu kering. Perdu menahun, tumbuh tegak atau menanjak, tinggi 0,5 sampai 3 m, dengan kaki yang berkayu. Batang bulat, beruas, permukaan kasar, percabangan simpodial, diameter 2 cm, cokelat. Daun tunggal, berseling, berdaun penumpu, tangkai daun bersayap lebar. Helaian daun lanset, ujung meruncing, pangkal rata, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 sampai 20 cm, lebar 1,5 sampai  2 cm, masih muda cokelat, setelah tua hijau. Bunga majemuk, malai, keluar dari ujung batang, mahkota berbentuk kupu-kupu warnanya putih keunguan, berambut halus, pangkal berlekatan. Buah polong, panjang 2,5  sampai  3,5 cm, lebar 4 sampai 6 mm, berambut, berisi 4 sampai 8 biji, masih muda hijau, setelah tua cokelat. Biji kecil, bentuk ginjal, warnanya cokelat muda. Perbanyakan dengan biji (Anonimus, 2010).
Adapun hasil kandungan nutrisi daun Desmodium rensonii yang diperoleh pada saat praktikum, yaitu sebagai berikut : 
Tabel 2. Kandungan nutrisi daun Desmodium rensonii
Parameter
Pengamatan
Bahan kering (%)
Protein kasar (%)
Serat Kasar (%)
Lemak kasar (%)
Abu (%)
BETN (%)
Total
92,464
17,416
27,111
5,625
10,030
40,178
192,824
Kandungan nutrisi pada daun Desmodium rensonii ini yaitu PK sekitar 17 sampai 20%, EE sekitar 3 sampai 5%, SK sekitar 26 sampai 28%, kandungan dasar ini akan meningkat dengan pemberian P dan S, oleh karena itu Desmodium rensonii termasuk klas empat karena memiliki sumber energi tinggi atau lebih dari 18% (Hartadi et al., 1997).     
Kelebihan bahan pakan ini antara lain yaitu bertahan dengan baik terhadap penggembalaan berat, cocok dengan rumput menjalar, menyebar secara alami dibawah kondisi penggembalaan, dapat ditanam secara vegetatif, daya tahan naungan baik, tanaman semak yang tumbuh cepat untuk potong, cocok untuk tanaman pagar dan pakan berkualitas baik (Lubis, 1992).
Penggunaan Desmodium rensonii ini biasanya diberikan pada ternak ruminansia sebagai berikut satu hijauan campuran terdiri dari Desmodium rensonii 55%, Flemingia macrophylla 20% dan Leucaena leucocephala 5% diberikan sebagai 50% dari total ransum, (sisanya berupa pakan konsentrat) bagi kambing yang sedang laktasi (Lubis, 1992).

Analisis Proksimat 
Nama lain dari analisis proksimat adalah analisis Weende. Disebut analisis proksimat karena nilai yang diperoleh hanya mendekati nilai komposisi yang sebenarnya, oleh karenanya untuk menunjukkan nilai dari sistem analisis proksimat selalu dilengkapi dengan istilah minimun atau maksimum sesuai dengan manfaat fraksi tersebut. Analisis proksimat merupakan dasar analisis kimia yang dikerjakan setiap hari dari pakan. Jaringan tubuh feses, ataupun ekskreta yang diantaranya berguna untuk mengestimasi nilai kecernaan dan manfaat pakan juga untuk menentukan pakan standar ternak (Kamal, 1999).
Dari sistem analisis proksimat dapat diketahui adanya 6 macam fraksi yaitu 1) air, 2) abu, 3) protein kasar, 4) lemak kasar (ekstrak eter), 5) serat kasar, 6) ekstrak tanpa nitrogen. Khusus untuk ekstrak tanpa nitrogen nilainya dicari hanya berdasarkan perhitungn yaitu: 100% jumlah kelima fraksi yang lain (Kamal, 1994). Dari hasil praktikum, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Tabel hasil analisis proksimat
Parameter
Dakam (BK)
Pengamatan
I (%)

II (%)

Rata-rata (%)
Bahan Kering(%)
Protein Kasar(%)
Serat Kasar (%)
Kadar Abu (%)
Ekstrak Eter (%)
BETN (%)
92,464
17,416
27,111
9,275
5,625
40,178
92,740
18,253
30,206
9,551
 -
 -
92,602
17,834
28,658
9,413
5,625
40,178

Penetapan kadar air
Air dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan 105  sampai  1100C dengan tekanan udara bebas  sampai  siasa yang tidak menguap mempunyai bobot tetap. Penentuan kandungan kadar air dari suatu bahan bahan sebetulnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut (Kamal, 1999).
Cara mendapatkan kadar air atau persen air yakni sampel bahan pakan ditimbang, diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam oven 105  sampai  1100C. Pemanasan berjalan hingga sampel tetap bobot atau beratnya. Sampel makanan disebut sampel bahan kering dan pengurangannya dengan sampel bahan pakan disebut persen air atau kadar air (Tilman et al., 1999).
Hasil pengamatan yang dilakukan pada saat praktikum, diperoleh hasil pengamatan kadar air I yaitu 7,536 % dan bahan kering 92,464% serta pengamatan II 7,2599% dan bahan kering 92,7401%. Menurut Hartadi et al. ( 1997 ), kisaran normal kadar bahan kering daun Desmodium rensonii adalah 86 % dan sisanya adalah kadar air, dari data yang diperoleh jika dibandingkan dengan literatur menunjukkan bahwa kadar air keduanya berada dibawah kisaran normalnya sehingga memperoleh bahan kering yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena perbedaan umur, spesies, bagian dari tanaman, lahan penanaman (kesuburannya) yang berbeda dan iklim. Menurut Kamal (1999), kadar air lebih tinggi pada tanaman muda daripada tanaman yang tua, juga tergantung pada bagian tanaman.

Penetapan kadar abu
Abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Cuplikan bahan apabila dibakar sempurna pada suhu 500  sampai  600oC selama beberapa waktu maka senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2, H2O dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap itulah yang disebut abu atau campuran dari berbagai senyawa oksida mineral sesuai dengan macam mineral yang terkandung di dalam bahannya. Mineral yang terdapat pada abu dapat juga berasal dari senyawa organik misalnya fosfor yang berasal dari protein dan sebagainya. Mineral yang dapat menguap sewaktu pembakaran diantaranya Natrium (N), khlor (Cl), kalium (K), fosfor (P), dan belerang (S), oleh karena itu abu tidak dapat digunakan untuk menunjukan adanya zat anorganik didalam pakan secara tepat baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif (Kamal, 1999).
Hasil yang diproleh untuk kadar abu pada saat praktikum yaitu pada pengamatan I 9,275% dan pengamatan II 9,5515%. Hartadi et al. (2005), mengemukakan bahwa kadar abu daun duduk adalah 9,5 %. Berdasarkan data hasil praktikum bila dibandingkan dengan literatur dapat diketahui bahwa kadar abu daun Desmodium rensonii I berada pada kisaran normalnya sedangkan pada pengamatan II berada sedikit dibawah kisaran normalnya. Menurut Kamal (1999), perbedaan kadar abu ini mungkin disebabkan oleh perbedaan bagian tanaman yang digunakan sebagai sampel atau karena umur tanaman. Bagian daun kadar abunya lebih tinggi daripada bagian batang yaitu masing sampai masing 2,67 % dan 2,52 %. Menurut Hartadi et al. (1997), bahwa perbedaan kadar abu juga disebabkan karena perbedaan spesies dan varietas tanaman, umur tanaman, komposisi tanah, bagian tanaman yang dianalisa dan pemupukan. Semakin tinggi kadar abu dapat disebabkan oleh tersedianya air yang cukup sehingga penyerapan mineral meningkat. Kelemahan utama pengabuan dengan tanur 550oC adalah menyebabkan kurangnya mineral-mineral yang volatil tergantung sopesies dan bagian tanaman. Daun mengandung kalsium lebih rendah daripada tanaman lain (Tillman et al., 1998).

Penentuan Kadar Serat Kasar 
Serat kasar dalam arti umum adalah semua senyawa organik yang terdapat di dalam bahan pakan yang kecernaannya rendah sedang dalam analisis proksimat yang dimaksud serat kasar adalah semua senyawa organik yang tidak larut dalam perebusan H2SO4 1,25% (0,255N) dan pada perebusan NaOH 1,25% (0,313N) yang berurutan masing sampai masing selama 30 menit. Semua senyawa organik akan larut pada perebusan tersebut kecuali serat kasar dan beberapa macam mineral ampas hasil saringan bila dibakar sempurna maka serat kasarnya akan menjadi gas CO2 dan H2O yang menguap sedangkan mineralnya akan menjadi abu atau campuran oksida mineral (Kamal, 1999).
Hasil yang diperoleh pada saat praktikum yaitu kadar serat kasar pada pengamatan I 27,111% dan pengamatan II 0,206. Kadar serat kasar menurut Hartadi et al. (2005), adalah 37,4 % dalam bahan kering, bila dibandingkan dengan kisaran tersebut maka kadar serat kasar pada pengamatan I sedikit berada dibawah kisaran normal sedangkan pada pengamatan II sangat jauh dibawah kisaran normalnya. Faktor yang menyebabkan perbedaan ini adalah umur pemotongan tanaman. Sampel yang digunakan pada saat praktikum masih berumur muda. Tanaman yang semakin tua akan mengalami lignifikasi (penebalan dinding sel tanaman) sehingga kadar serat kasarnya tinggi. Menurut Nayana (1998), bahwa dengan meningkatnya umur pemotongan akan terjadi penurunan materi yang mudah tercerna dan meningkatnya materi yang sulit tercerna sehingga akan terjadi penurunan kandungan nutrien tanaman dengan bertambahnya umur tanaman yang disebabkan karena kadar serat tanaman dan diikuti proses lignifikasi.

Penetapan Kadar Protein Kasar
Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen dengan faktor 16% atau hasil kali dari total nitrogen amonia dengan faktor 6,25 (100/lt). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen. Prinsip penentuan protein kasar yaitu berdasarkan kenyataan bahwa asam sulfat (H2SO4) pekat dengan katalisator CuSO4 dan K2SO4 dapat memecah senyawa nitrogen yang selanjutnya berubah menjadi (NH4)2SO4, kecuali nitrat dan nitrit. Amonia (NH3) akan dilepas (NH4)2SO4 pada suasana alkalis yang selanjutnya ditampung dalam asam sulfat (H2SO4 0,1N). Penampung dan blanko dititrasi dengan NaOH 0,1N atau HCl 0,1N, dengan demikian dapat diketahui jumlah ammonianya yang berarti juga dapat diketahui jumlah nitrogennya dan akhirnya dapat dihitung jumlah protein kasarnya (Kamal, 1999).
Hasil yang diperoleh pada saat praktikum yaitu pada pengamatan I kadar protein kasarnya 17,416% dan pada pengamatan II 16,9280% Kadar protein kasar untuk daun duduk menurut Hartadi et al,. (2005), adalah 3,8 %. Hasil yang diperoleh bila dibandingkan dengan literatur tersebut dapat diketahui bahwa kadar protein kasar dalam sampel tersebut berada diatas normal, hal ini disebabkan oleh perbedaan jenis tanaman atau bahan pakan yang digunakan untuk menyusun ransum.

Penetapan Kadar Lemak Kasar
Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang larut dalam pelarut lemak (eter, petroleum benzene, dan sebagainya). Oleh karenanya lemak kasar lebih disebut ekstrak ether. Disebut lemak kasar karena merupakan campuran dari beberapa senyawa yang larut dalam pelarut lemak. Penentuan kadar lemak kasar dapat dikerjakan dengan jalan ekstrak menggunakan zat pelarut lemak menurut Soxhlet, bila sudah larut dan kemudian pelarutnya diuapkan yang teringgal adalah asam lemak kasar (Kamal, 1999).
Kadar EE yang diperoleh pada saat praktikum yaitu 5,265%. Menurut Hartadi et al. ,(2005) kadar lemak kasar untuk daun Desmodium rensonii adalah 1,4 %, bila dibandingkan dengan literatur maka dapat dikatakan bahwa kadar lemak kasar yang diperoleh dari praktikum berada di atas kisaran normal. Menurut Kamal (1999), perbedaan kadar lemak kasar dipengaruhi oleh spesies yang berbeda, selain itu juga dipengaruhi oleh umur tanaman yang berbeda. Semakin tua umur tanaman maka kadar lemak kasarnya juga semakin rendah, kadar lemak kasar juga dipengaruhi oleh bagian tanaman. Bagian daun kandungan lemak kasarnya akan lebih tinggi daripada bagian batang.

Penentuan Kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen
Menurut Hartadi et al,. (1999), bahwa kadar ETN adalah 100 % dikurangi persentase dari kadar air, abu, protein, lemak dan serat kasar, maka nilainya tidak tepat dan dapat berubah tergantung dari jumlah persentase ke lima fraksi tersebut. Kadar ETN yang didapatkan dari praktikum yaitu 32,642 %, menurut Hartadi et al., (2005) kadar ETN daun Desmodium rensonii adalah 47,8 %. Hasil yang diperoleh bila dibandingkan dengan literatur diketahui bahwa ETN tersebut berada dibawah kisaran normalnya, hal ini disebabkan oleh umur tanaman yang semakin tua maka kadar ETN akan semakin tinggi. Kadar ETN juga dipengaruhi oleh proses analisis penentuan kadar lain dan kadar karbohidrat selain selulosa (Kamal, 1999).


KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dengan analisis proksimat diperoleh kadar fraksi dalam sampel daun Desmodium rensonii dalam keadaan DM/ kering mutlak. Sampel daun duduk rata-rata kadar air 7,3979%, abu 9,4132%, protein kasar 17,172%. Serat kasar 13,206%, lemak kasar 5,265%, ETN 32,642%. Dengan mengetahui kadar kelima fraksi dari sampel yang digunakan tersebut termasuk ke dalam bahan pakan kelas 4, yaitu sebagai bahan pakan sumber energi, karena protein kasarnya yang kurang dari 20 % dan serat kasar yang juga kurang dari 18%. Perbedaan hasil analisis yang diperoleh berbeda-beda dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah ketidak akurata data yang di masukkan oleh para praktikan.


DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2010. http://plantamor.com/index.php?plant=463. Diakses pada November 2011
Hartadi. et al. 1997. Tabel Komposisi  Pakan Untuk Indonesia. Cetakan Keempat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hartadi, H,S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 2005. Tabel komposisi pakan untuk Indonesia. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Kamal, M. 1999. Nutrisi Ternak 1. Lab. Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
Lubis, D.A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT Pembangunan, Jakarta.
Nayana. 1998. Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian. Penerbit Liberty Dan PAU Pangan Dan Gizi, Yogyakarta
Tillman, A.D., H, et al. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wiliamson, G and Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Penerjemah Prof. Dr. SGN Djiwo.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Title : Laporan praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum- BPFR
Description : Lapaoran praktikum bahan pakan formulasi ransum, disusun oleh Floravia Apieni, laporan parktikum analisis proksimat, penetapan kadar air, pe...

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar serta dipersilahkan menuliskan URL link agan-agan yang terkait dengan topik diatas..