LAPORAN PEMBUATAN POULTRY MEAT MEAL (PMM)

ACARA II
PEMBUATAN POULTRY MEAT MEAL (PMM)
TINJAUAN PUSTAKA
Poultry meat meal merupakan bahan pakan dengan kualitas protein yang tinggi yang dihasilkan secara khusus sebagai hasil tambahan dari ternak ayam (tidak termasuk bulu). Bentuk yang sempurna dari asam amino dan asam lemak membuatnya cocok untuk ditambahkan pada makanan ternak ayam dan babi. Dengan kandungan protein yang sangat tinggi dan mudah dicerna, Poultry meat meal juga cocok untuk ditambahkan pada makanan kering bagi hewan piaraan dan makanan untuk ternak ayam dan babi yang masih muda. Analisis kimia yang terkandung dalam Poultry Meat Meal yaitu: Protein min 60.0%, lemak 13.0%, serat kasar 2.0%, kalsium 5.76%, fosfor 2.77%, abu 14.0%-18.0%,  pepsin digestibility  in vitro pepsi) 90.0% (Anonym, 2012).
PPM dibuat dari penggilingan bersih yang berisi bagian-bagian ayam yang gagal produksi yang dipotong dan diolah dengan anti oksidan segera setelah pemrosesan untuk menjamin stabilitas ternak. PPM ini berwarna coklat muda keemasan, dengan bau ternak ayam segar dengan kandungan kadar air sebesar 3,5%. Produk ini dapat digunakan sebagai sumber protein dalam pembuatan makanan untuk semua jenis ternak ayam dan makanan hewan piaraan (Anonym, 2012).
Penggunaan PMM di Indonesia biasa digunakan sebagai campuran bahan pakan baik ternak unggas maupun ikan nila dan lele. Pada ikan nila, pemberian PMM sebanyak 25% akan memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik pada ikan nila. Presentasi substitusi PMM pada pakan sangat berpengaruh pada jumlah asam amino esensial. Semakin basar PMM dalam pakan, maka kandungan asam amino esensial semakin berkurang untuk kebutuhan ternak nila dalam tubuhnya (Afrianto et all, 2005).
Penambahan PMM pada ternak ungags akan mencukupi kebutuhan protein yang dibutuhkan dan berimbas pada pertumbuhan ternak dapat berlangsung dengan baik, sehingga akan menghasilkan karkas yang baik pula. Pemberian PMM ini akan mempercepat pertumbuhan ternak unggas, hal ini dikarenakan adanya kandungan asam amino esensial dan asam lemak yang tinggi didalamnya. Laju pertumbuhan ayam broiler akan menghasilkan karkas yang baik. Perolehan karkas yang baik dapat diperoleh dengan pemberian asupan protein yang cukup untuk kelangsungan hidupnya. Ayam broiler yang mengkonsumsi protein dan energy metabolisme yang sama akan menghasilkan bobot karkas yang tidak berbeda (suprijatna et all, 2005).
Bahan dasar pembuatan PMM biasa menggunakan bangkai ayam  yang mati baik oleh penyakit/virus maupun factor lain. Penggunaan bangkai ayam dengan kondisi tersebut tidak akan mempengaruhi kesehatan ternak yang mengkonsumsi PMM tersebut. Hal ini desabkan karna adanya proses pemanasan dan pengeringan menggunakan autoclave dan oven selama 24 jam dalam pembuatannya. Menurut Fardiaz(1992), sterilisasi basah dapat dilakukan dengan menggunakan air, yang dimanfaatkan adalah uap airnya dalam proses sterilisasi. Sterilisasi basah dengan tekanan dilakukan dengan alat autoclave untuk membunuh spora bakteri yang paling tahan panas pada suhu 121oC selama 15 menit.

MATERI DAN METODE

MATERI
A. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan Poultry Meat Meal (PMM) dan uji kelarutannya antara lain: silet, pisau, mangkok plastik, timbangan, gunting, piring, gelas ukur, chopper/blander, kertas saring, autoclave, oven, kompor dan saringan.

B. Bahan 
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: kepala ayam dan aquadest.

METODE
Metode pembuatan PMM pertama-tama kepala ayam dibersihkan dari bulu dan kotoran kemudian ditimbang. Kepala ayam yang sudah bersih dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 15 psi selama 60 menit. Setelah itu ditimbang lagi untuk mengetahui berat setelah dimasukkan kedalam autoklaf. Ayam dipotongmenjadi ukuran yang lebih kecil kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC selama 24 jam sampai kadar air < 10%. Setelah itu ditimbang lagi. Digiling sampai halus dan disaring. PPM ditimbang, kemudian timbang kertas saring sebagai berat awal (w1). Ambil 1 gram dan dilarutkan sampai 10 ml aquadest. Lalu disaring dengan kertas saring. Kertas saring dan endapan ditimbang sebagai berat kedua (w2). Lakukan perhitungan untuk menguji kelarutannya. Perhitungan persentase kelarutan dihitung dengan rumus:……………………………………………………………………………..

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pembuatan PMM yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Parameter
A
B
Berat awal kepala ayam
500 gr

Berat setelah autoklaf
360 gr

Berat setelah dicacah
360 gr

Berat setelah oven
140 gr

Berat setelah digiling
140gr

Berat kertas saring awal(w1)
0.37 gr

Berat kertas saring kedua (w2)
2.93 gr

% kelarutan
-15.6 %

Dari data diatas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan berat kepala ayam awal dengan berat setelah autoklaf sebesar 140 gram dan terjadi penurunan berat kembali setalah dioven sebanyak 220 gram. Hal tersebut terjadi akibat adanya penurunan kadar airdalam kepala ayam segar akibat pemanasan dengan autoklaf dan pengeringan menggunakan oven. Pengerutan terjadi akibat adanya kondensasi uap air pada saat pemanasan dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit serta kehilangan sejumlah air dalam padatan yang dipanaskan (Fardiaz, 1992). Sedangkan pengeringan menggunakan oven bertujuan untuk menurunkan kadarair sampai < 10% mendekati kering kutlak sehingga mikrobia perusak jaringan tidak mampu tumbuh (Buckle, 1987).
Uji kelarutan PPM yang dilakukan diperoleh data persentase kelarutan sebesar -15,6%. Nilai kelarutan PMM negative ini disebabkan oleh kurangnya interaksi antara protein dalam PMM dengan pelarutnya (aquadest). Hal tersebut terjadi akibat denaturasi protein terpacah menjadi asam amino esensial dan asam lemak pada proses pemanasan dan pengeringan dalam pembuatan. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan, dan untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Adapun kelarutan didefenisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk dispersi molekuler homogeny. Kelarutan protein juga bergantung pada urutan asam amino dan konformasinya, berbanding terbalik dengan ukuran dan bagian non polarnya (Buckle, 1987).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai kelarutan protein dalam Poultry Meat Meal yaitu pH, jenis eksipien yang digunakan dan suhu. Kelarutan protein adalah fungsi dari beberapa faktor, seperti faktor lingkungan, terutama pH dan suhu. PH larutan mempengaruhi sifat dan distribusi muatan total protein. Secara umum, protein lebih larut dalam pH rendah (asam) atau tinggi (alkali) karena memiliki kelebihan yang sama, menghasilkan penolakan antara molekul dan, akibatnya berkontribusi terhadap kelarutan terbesar. Kelarutan adalah kemampuan suatu zat untuk bisa larut. Suhu mempengaruhi kelarutan karena dipengaruhi oleh wujud zat. Semakin besar suhu maka kemampuan senyawa untuk larut akan semakin tinggi. Bila suhu dinaikkan maka protein akan terdenaturasi. Kelarutanprotein juga ditentukan oleh kemampuan gugus polar berinteraksi dengan air (Buckle, 1987).

KESIMPULAN
Kesimpulan daripembuatan poultry Meat Meal beserta uji kelarutannya yaitu PPM merupakan pakan ternak yang mengandung protein yang tinggi, terutama asam amino esensial da nasal lemak. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan protein yaitu suhu, zat pelarut dan pH. Perolehan nilai kelarutan PMM hasilpraktikum sebesar -15,6%. Kelarutan PMM yang bersifat negative dipengaruhi oleh suhu pada proses pemanasan dan pengeringan, yang menyebapkan denaturasi protein, dimana ikatan protein terpecah, yang menyebapkan kurangnya interaksi antara asam amino dengan aquadest.

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E dan Liviawati, E. 2005.Pembuatan, penyimpanan, pengujian, pengembangan pakan ikan, penerbitan Kanisius.

Anonym, 2012. Usaha kawan mandiri Poultry Meat Meal. Diakses melalui http://www.hotfrog.co.id/Companies/USAHA-KAWAN-MANDIRI/POULTRY-MEAT-MEAL-205681. Pada tanggal 20 Oktober 2013.

Buckle, K.A., R. A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wootton., 1987. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indoneesia. Jakarta.

Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suprijatna, s et all. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas, Swadaya. Jakarta.

Title : LAPORAN PEMBUATAN POULTRY MEAT MEAL (PMM)
Description : ACARA II PEMBUATAN POULTRY MEAT MEAL (PMM) TINJAUAN PUSTAKA Poultry meat meal merupakan bahan pakan dengan kualitas protein yang ti...

Post a Comment

Silahkan tinggalkan komentar serta dipersilahkan menuliskan URL link agan-agan yang terkait dengan topik diatas..